Senin, 19 Agustus 2013

TEKNIS BUDIDAYA LELE

  GAMBAR LEAFLET BUDIDAYA LELE
I.  Pendahuluan.  
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging    empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
  1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
  2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
  3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi). Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina. 
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya. 

B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
  • tulang kepala berbentuk pipih
  • warna lebih gelap
  •  gerakannya lebih lincah
  • perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
  •  alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :
  • tulang kepala berbentuk cembung
  • warna badan lebih cerah
  • gerakan lamban
  • perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
  1. Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
  2. Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
  3. Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
  4. Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
  1. Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
  2. Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele. 

E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
  • kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
  • siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
  • samakan suhu pada kedua kolam
  • pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
  • pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

 
V. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
  • Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
  • Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
  • Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
  • air harus bersih
  • berwarna hijau cerah
  • kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :
  • bebas senyawa beracun seperti amoniak
  • mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
VI. Manajemen Kesehatan.

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai. 


Minggu, 18 Agustus 2013

Untuk rakyat mari kita berbagi

CARA BUDIDAYA CABE MERAH YANG BENAR
CARA BUDIDAYA CABE MERAH YANG BENAR
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan
sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,
sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja
serta sebagai sumber vitamin C. Luas tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada
tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan produksi 8.565 ton/ ha.
SYARAT TUMBUH
1. Tanah
- Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
- Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 – 7,0
- Tanah tidak becek/ ada genangan air
- Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.
2. Iklim
- Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
- Suhu udara 16° – 32 ° C
- Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar
matahari cukup (10 – 12 jam).
TEKNIK BUDIDAYA
1. Persemaian
- Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 – 300 gram dengan daya
tumbuh lebih dari 90 %.
- Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan
panjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ daun kelapa.
- Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar
garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban
tanah tetap baik agar biji cepat tumbuh
- Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan
penanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai
koker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit
yang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian.
- Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka
atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.
2. Pengolahan Tanah
- Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul/ bajak dan
pembuatan bedengan.
- Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan
petakan dengan j arak antar bedengan + 30 cm.
- Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
- Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setelah dilakukan
pemupukan pupuk kandang den bile dipergunakan mulsa dari limbah tanaman
seperti dang-slang den sisa-sisa tanaman dapat diberikan setelah penanaman
bibit.
3. Penanaman
- Bibit dapat dipindahkan pada umur 28-35 hari setelah semai dengan daun 5 – 7
helai.
- Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak
dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
- Siram tanaman secukupnya setelah tanam den penyiraman berikutnya dilakukan
2 hari sekali bila tidak ada hujan.
4. Pemupukan
- Diberikan dengan dosis den aplikasi sebagai berikut:
- Pupuk kandang 20 ton / ha.
- Aplikasi seminggu sebelum tanam.
- Urea 150 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- ZA 400 kg/ ha. Umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- TSP – 36 : 150 kg/ ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
- KCL :100 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan pupuk pelengkap cair Tress
dengan dosis 500 1/ ha, pada umur 20 hari setelah tanam. Umur 30 hari setelah
tanam 500 liter /ha. Umur 40 hari setelah tanam 500 liter /ha dan 50 hari setelah
tanam 500 liter /ha.
5. Pemeliharaan
- Lakukan penyulaman bile ads tanaman yang mati pads pagi/ sore hari.
- Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman
setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
- Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
- Hama dan penyakit yang wereng menyerang tanaman cabe adalah hama kutu,
daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan
busuk batang.
- Untuk Hama Kutu Daun Persik dapat dipakai Curacron , Tohuthion.
- Hama ulat Grayak digunakan Methrin, Dimilin dan Atabron
- Hama Trips digunakan Nogos, Nuracran, Malathion.
- Penyakit Bercak Daun, Busuk Batang dan Busuk Buah digunakan Antracol,
Dithane, M-45, Cupapit, Dipolatan AF.
7. Panen
- Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih
belang hitam).
- Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai
tanaman tidak menghasilkan.
- Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati – hati
agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.
Sumber: Bulletin Penelitian Hortikultura Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

CARA BUDIDAYA CABE MERAH YANG BENAR
CARA BUDIDAYA CABE MERAH YANG BENAR
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan
sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,
sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja
serta sebagai sumber vitamin C. Luas tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada
tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan produksi 8.565 ton/ ha.
SYARAT TUMBUH
1. Tanah
- Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
- Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 – 7,0
- Tanah tidak becek/ ada genangan air
- Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.
2. Iklim
- Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
- Suhu udara 16° – 32 ° C
- Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar
matahari cukup (10 – 12 jam).
TEKNIK BUDIDAYA
1. Persemaian
- Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 – 300 gram dengan daya
tumbuh lebih dari 90 %.
- Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan
panjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ daun kelapa.
- Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar
garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban
tanah tetap baik agar biji cepat tumbuh
- Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan
penanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai
koker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit
yang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian.
- Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka
atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.
2. Pengolahan Tanah
- Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul/ bajak dan
pembuatan bedengan.
- Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan
petakan dengan j arak antar bedengan + 30 cm.
- Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
- Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setelah dilakukan
pemupukan pupuk kandang den bile dipergunakan mulsa dari limbah tanaman
seperti dang-slang den sisa-sisa tanaman dapat diberikan setelah penanaman
bibit.
3. Penanaman
- Bibit dapat dipindahkan pada umur 28-35 hari setelah semai dengan daun 5 – 7
helai.
- Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak
dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
- Siram tanaman secukupnya setelah tanam den penyiraman berikutnya dilakukan
2 hari sekali bila tidak ada hujan.
4. Pemupukan
- Diberikan dengan dosis den aplikasi sebagai berikut:
- Pupuk kandang 20 ton / ha.
- Aplikasi seminggu sebelum tanam.
- Urea 150 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- ZA 400 kg/ ha. Umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- TSP – 36 : 150 kg/ ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
- KCL :100 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap
aplikasi.
- Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan pupuk pelengkap cair Tress
dengan dosis 500 1/ ha, pada umur 20 hari setelah tanam. Umur 30 hari setelah
tanam 500 liter /ha. Umur 40 hari setelah tanam 500 liter /ha dan 50 hari setelah
tanam 500 liter /ha.
5. Pemeliharaan
- Lakukan penyulaman bile ads tanaman yang mati pads pagi/ sore hari.
- Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman
setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
- Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
- Hama dan penyakit yang wereng menyerang tanaman cabe adalah hama kutu,
daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan
busuk batang.
- Untuk Hama Kutu Daun Persik dapat dipakai Curacron , Tohuthion.
- Hama ulat Grayak digunakan Methrin, Dimilin dan Atabron
- Hama Trips digunakan Nogos, Nuracran, Malathion.
- Penyakit Bercak Daun, Busuk Batang dan Busuk Buah digunakan Antracol,
Dithane, M-45, Cupapit, Dipolatan AF.
7. Panen
- Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih
belang hitam).
- Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai
tanaman tidak menghasilkan.
- Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati – hati
agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.
Sumber: Bulletin Penelitian Hortikultura Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

BUDIDAYA CENGKEH

BUDIDAYA CENGKEH


I. PENDAHULUAN
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri, namun bila faktor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.
PT. NATURAL NUSANTARA berusaha berperan dalam peningkatan produksi secara K-3 yaitu Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.


II. SYARAT PERTUMBUHAN
- Tanaman tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan yang dikehendaki 1500 4500 mm/tahun
- Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5. Tanah jenis latosol, andosoldan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan cengkih.


III. PEMBIBITAN
- Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya 75%.
- Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan.
- Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang.
- Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.

Catatan : Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA interval 4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.


IV. PENGAJIRAN
Pengajiran dilakukan pada blok tanaman untuk memudahkan penanaman dengan jarak tanam 8 x 8 m dengan pola bujursangkar atau empatpersegi panjang.


V. PENANAMAN
Cangkul tanah yang telah diberi ajir dengan ukuran lubang tanam 75 x 75 x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25 - 50 kg yang telah dicampur dengan 1 pak Natural GLIO dan 1,5 - 2 kg dolomit, campur hingga rata. Masukan 5-10 kg campuran tersebut per lubang tanam. Masukkan bibit dan gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 2-3 ml/liter air per bibit atau semprot POC NASA dosis 2 tutup/ tangki. Hasil akan lebih bagus dengan menggunakan SUPERNASA dengan cara : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) dijadikan larutan induk. Kemudian dalam 1 liter air ditambahkan 10 ml larutan induk kemudian diberikan untuk setiap pohonnya.


VI. PEMELIHARAAN TANAMAN
Pengaturan peneduh dilakukan antara 4-6 bulan sekali.


VII. PEMUPUKAN
UMUR
PUPUK MAKRO
Urea
TSP
KCl
Dolomit
0,5
50
25
35
50
1
100
50
75
100
2
150
75
125
150
3
200
100
150
200
4
500
200
400
400
5
750
300
600
500
6
1000
400
800
750
7
1500
500
1000
1000
8
2200
600
1250
2000
9
2600
700
1500
2500
10
3000
800
1750
2900
11
3500
900
2000
3300
12
3500
900
2250
3800

Catatan :
- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan (Maret-April).
- Siramkan SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali
- Semprotkan POC NASA dosis 3 - 4 tutup + HORMONIK dosis 1-2 tutup pertangki setiap 1-2 bulan sekali hingga umur 5 tahun.


VIII. PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT
A. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR

B. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.

C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau PESTONA.

D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.

E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki


IX. PANEN
Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.


X. PENANGANAN PASCA PANEN
- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.

Berbagi untuk Negeri (Kakao)

TEKNIS BUDIDAYA KAKAO BUDIDAYA KAKAO/COKLAT
________________________________________

PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
1. Persiapan Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao ( 1 : 3 )

2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon


3. Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)


4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

UMUR
(bulan)
  
Dosis pupuk Makro (per ha)

  
Urea
(kg)
  
TSP
(kg)
  
MOP/ KCl (kg)
  
Kieserite (MgSO4)
(kg)


2  
15  
15  
8  
8

6  
15  
15  
8  
8

10  
25  
25  
12  
12

14  
30  
30  
15  
15

18  
30  
30  
45  
15

22  
30  
30  
45  
15

28  
160  
250  
250  
60

32  
160  
200  
250  
60

36  
140  
250  
250  
80

42  
140  
200  
250  
80

Dst  
Dilakukan analisa tanah

   
Dosis POC NASA mulai awal tanam  :

0 – 24   
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 4 - 5 bulan sekali

> 24  
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 3 – 4 bulan sekali ( sesekali bisa juga disemprotkan ke tanaman )

   
Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak  dari awal memakai POC NASA :

   
- Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln, Dosis 3-4 tutup/ pohon
- Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali, Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.


5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.


6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.


7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.


8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
(irwan Abubakar : 082328469011).

Tambak Organik Nusantara
Formula alami (organik) khusus tambak untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta menjaga/memperbaiki kelestarian lingkungan tambak dengan memberikan mineral-mineral yang dibutuhkan udang/bandeng, mempercepat pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang/bandeng (kesuburan perairan), serta mengikat logam-logam berat sekaligus membantu mengurai senyawa komplek berbahaya beracun bagi udang/bandeng serta membantu merutinkan molting udang

Peranan dan fungsi lain TON antara lain :
  • membantu menguraikan senyawa kekal komplek berbahaya dan beracun, seperti : H2S, amoniak, asam laktat, dsb.
  • membantu sistem pencernaan udang/bandeng
  • meningkatkan pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh udang/bandeng
  • bagus juga digunakan di kolam air tawar
  • teruji multi komoditi, multi lokasi dan multi waktu

Sabtu, 17 Agustus 2013

Mari Berbagi : ternak

VITERNA Plus merupakan suplemen pakan ternak yang diolah dari berbagai macam bahan alami (hewan dan tumbuhan), memberikan zat-zat yang sangat diperlukan ternak untuk :
  • Meningkatkan kuantitas (peningkatan Average Daily Gain /ADG bagi sapi dan peningkatan bobot panen bagi ayam) - kualitas daging (mengurangi kandungan kolesterol) - kesehatan ternak (mempertinggi daya tahan tubuh terhadap penyakit) semuanya merupakan Aspek K-3.
  • Memacu enzim - enzim pencernaan ternak.
  • Memberikan mineral - mineral esensial maupun non esensial.
  • Memberikan berbagai macam nutrisi alami untuk pertumbuhan ternak ( protein, lemak, vitamin, dsb.).
  • Menambah kandungan asam - asam lemak didalam rumen / lambung ternak.
  • Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pakan (TDN).
  • Mengandung hormon pertumbuhan alami untuk mempercepat pertumbuhan ternak.
  • Meningkatkan nafsu makan.
  • Mengurangi kandungan kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran ayam
  • Produk alami aman untuk ternak dan lingkungan